forum belajar dan tukar informasi
Jumat, 20 Juli 2012
Latar Belakang Usaha dibidang pertanian yang dilakukan para petani pada umumnya mencakup 3 hal Pokok yaitu : 1. Usaha Pertanian berwawasan Industri. 2. Usaha pertanian berwawasan ekonomis. 3. Usaha pertanian berwawasan sosial Yang dimaksud Usaha pertanian berwawasan industri adalah segala usaha budidaya pertanian yang dimana hasil / produk yang dihasilkan tidak dapat langsung dinikmati / merupakan bahan mentah yang mana dalam proses selanjutnya untuk menjadi bahan jadi harus melalui proses industri, dalam hal ini petani tidak mampu melakukan proses ini, hasil pertanian yang berwawasan industri antara lain kakao,rosela,mengkudu,dll, dimana untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat harus ada proses industri yang menyertainya. Yang dimaksud Usaha pertanian berwawasan ekonomis adalah segala usaha budidaya pertanian dimana hasil / produk yang dihasilkan dapat langsung dinikmati oleh konsumen tanpa perlu ada sentuhan pabrikasi, hasil pertanian berwawasan ekonomis pada umumnya adalah tanaman hortikultura. Yang dimaksud Usaha pertanian berwawasan sosial adalah segala usaha budidaya pertanian dimana hasil / produk yang dihasilkan dapat langsung dinikmati oleh konsumen tanpa perlu ada sentuhan pabrikasi, hasil pertanian yang berwawasan sosial adalah tanaman jenis tanaman pangan. Apabila petani memilih jenis usaha pertama ini maka posisi petani adalah lemah sekali karena harga selalu dipermainkan oleh tengkulak dan pada umumnya petani tidak mampu menembus langsung / mengakses langsung ke pabrik, selain itu sarana produksi yang menyertai usaha ini biasanya berasal dari pabrikasi ( pupuk urea,SP,Kcl dll ) hal ini menambah ongkos produksi yang semakin tinggi yang berakibat semakin berkurangnya keuntungan yang di dapat oleh petani. Apabila petani memilih jenis usaha yang kedua, maka posisi tawar petani lebih baik karena petani bisa menjadi tidak bergantung pada tengkulak, hal ini disebabkan petani mampu menjual hasil produksinya langsung ke konsumen / pasar. Jenis usaha ini mampu menguntungkan petani karena harga hortikultura relatif lebih tinggi dibanding dengan jenis tanaman pangan dan seandainya petani dalam proses produksinya menggunakan saprodi yang berasal dari pabrikasi ( pupuk urea,SP,Kcl dll ) petani masih mendapatkan keuntungan karena selisih harga yang cukup tinggi, namun modal yang digunakan jenis usaha ini lebih besar dibanding dengan jenis usaha yang berwawasan sosial dan apabila petani mengalami kegagalan panen maka petani akan langsung kolaps karena saprodi yang mahal. Namun jenis usaha ini menggiurkan petani karena harga produk jenis hortikultura relatif tinggi dan tidak ada patokan harga yang diatur oleh pemerintah. Apabila petani memilih jenis usaha yang ketiga, maka posisi tawar petani sangat lemah sekali karena petani menjadi tergantung dengan tengkulak,karena petani pada umumnya tidak dapat menjual hasil produksinya langsung ke konsumen atau ke pasar. Jenis usaha ini tidak mampu menguntungkan petani karena produk yang dihasilkan bernilai sosial artinya apabila ( ambil contoh beras ) harganya mahal maka setiap hari aka ada demo yang menuntut penurunan harga beras, namun biasanya dan kebanyakan petani dalam memilih jenis usaha ini saprodinya berasal dari proses pabrikasi ( pupuk urea,SP,Kcl dll ) hal inilah yahg menjadi ketidak seimbangan dalam proses usaha, dimana produk yang dihasilkan berwawasan sosial sementara saprodinya berwawasan industri, apabila petani terus menerus melakukan kegiatan usaha yang seperti ini maka hanya ketidak seimbangan saja yang dialami oleh petani, agar petani menjadi untung dengan melakukan kegiatan usaha yang berwawasan sosial ini maka saprodinya juga harus berwawasan sosial dan sprodi yang berwawasan sosial ini mampu dilakukan oleh petani dengan membuat sendiri pupuk organik, pupuk organik cair maupun pengendali OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman ) berupa pestisida alami dan mengembangbiakkan musuh alami ( Predator OPT ), semua saprodi mampu dihasilkan oleh petani dengan memanfaatkan semua yang ada disekitar rumah / lingkungan. Pembuatan pupuk organik dengan cara gotong royong inilah yang dimaksud dengan saprodi yang berwawasan sosial, karena pembuatan dengan sistem gotong royong sangat memungkinkan apabila ada anggota kelompok tidak memiliki ternak, maka dia tetap dapat memperoleh pupuk berkualitas dengan proses ini, hal ini karena adanya subsidi silang dimana yang tidak memiliki ternak maka dia akan menyumbangkan bahan baku yang lain bisa berupa serbuk gergaji atau abu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar